Egois itu....

on Rabu, 26 Oktober 2011
Ego itu terus bergolak. Kata guru-guru zaman, “biarkan ego itu mengalir, jangan dibebankan dan jangan pula ditahan, biarkan dia menikmati keegoisannya hingga segalanya menjadi begitu melelahkan dan selepas ego lelah maka jiwa yang memegang peranan. Tugasmu adalah memperhatikan.


Ada beberapa hal yang ego ilusikan pada kita; ketakutan, nilai, rasa, cinta, kebahagiaan, dll. Namun yang diilusikan adalah bagian terendah dari kadar-kadar. Ego memberikan alasan untuk setiap kebahagiaan, dengan memberikan nilai-nilai, rasa, atau ketakutan.
Kebahagian sejati adalah kebahagian tanpa nilai, kebahagian tanpa sebab. Sesuatu kebahagian yang memang bahagia tanpa harus memiliki tujuan dan awal daripadanya.
Ego memberikan ruang lingkung: mengapa kita bahagia?
Ego memberikan pertanyaan pada setiap-setiap kebahagian. Ego memberikan pertanyaan pada semua tindakan. Ego memberikan definisi, harta adalah kebahagiaan, sex adalah keindahan, kekuasaan adalah pengakuan. Demikianlah ego bermain dan berperan.
Ego selalu melihat baik dan buruk, dan berniat menjadi pemenang atas setiap peran. Seseorang kaya yang murah hati memberikan hartanya kepada pengemis. Boleh jadi dia memberikan tulus, namun ego memberikan rasa superior kepadanya, setitik perasaan: aku lebih beruntung.
Dasarnya, pemandangan Tuhan tentang manusia adalah sama. Tuhan tidak memandang kaya adalah kaya, miskin adalah miskin. Tuhan memandang manusia.

Sebuah kisah indah terukir di buku “Mengapa Tuhan Tertawa” karangan Deepak Coopra. Baiklah akan ku ceritakan kepada kalian.

Ada tiga benda di dunia ini. Cincin emas, Stempel Emas, dan Emas batangan. Lantas ketiga benda tersebut berdebat dengan hebat.

Kata cincin emas, “Aku adalah yang terhebat diantara kita bertiga. Aku dibuat khusus untuk wanita dengan perasaan indah, aku bernilai jual tinggi diantara kalian. Akulah yang paling berharga.
Stempel emas tak mau kalah, “Huh, jangan sombong. Aku lah yang terhebat. Raja-raja menggunakanku untuk mensahkan titah mereka. Aku tidak digunakan sembarangan. Aku tidak digunakan oleh wanita, dan pria dengan status bangsawan. Aku adalah milik para raja.
Jengkel, emas batangan dengan ego bergumam. “Sudah cukup! Jelas akulah yang paling hebat, karena aku adalah yang paling murni. Dari aku kalian diciptakan, sama seperti manusia yang terlahir dari adam yang awal. Akulah sang adam untuk semua emas kalian.
Perdebatan tak pernah terhenti, hingga mereka sepakat biarlah Tuhan menjadi hakim untuk menentukan siapa yang terhebat.
Tuhan, putuskan keputusan-Mu. Siapakah yang paling hebat diantara kami bertiga.” Pinta mereka serempak.
Tuhan berpikir sejenak. Lantas, Dia menggeleng. “Maaf, aku tidak bisa.
Apa? Mengapa tidak bisa? Bukankah engkau itu Tuhan. Engkau adalah hakim yang paling agung di alam ini, dan karena Engkaulah kami tercipta.” Protes mereka bertiga.
Tuhan tersenyum. “Karena aku Tuhan maka aku tidak bisa menilai siapa yang paling unggul diantara kalian. Bagiku kalian sama, kalian adalah emas.

Demikianlah ego selalu mencari-cari celah, bagaimana agar dia mampu merasa superior. Bagaimana, masih mau menikmati ego atau menggapai jiwa sejati?

Jawaban ada di dalam diri masing-masing. Sejenuh apa kalian dengan hidup... :)

Tya TheFallen

0 Comment:

Posting Komentar

Pengunjungku..

Website counter